27 Januari 2010

dampak globalisasi

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya



1. Perubahan secara lambat dan Perubahan secara cepat (dilihat dari waktu)

Perubahan secara lambat = evolusi, yaitu prubahan yang memerlukan waktu lama. Cirinya : memerlukan waktu lama, perubahannya kecil, perubahan tidak disadari oleh masyarakat, tidak diikuti oleh konflik atau tidak menimbulkan kekerasan. Ex: perubahan mata pencaharian masyarakat

Perubahan secara cepat = revolusi, yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Ciri-cirinya membutuhkan waktu singkat, perubahannya besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan, perubahan disadari/direncanakan, seringkali diikuti oleh kekerasan atau menimbulkan konflik. Ex: revolusi Indonesia tahun 1945, reformasi Indonesia tahun 1998, revolusi industri Perancis dan Inggris.



2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan pengaruhnya besar.

Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Ex; perubahan mode pakaian, gaya potongan rambut, dsb.

Perubahan yang membawa pengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat karena perubahan yang terjadi pada unsure-unsur social budaya masyarakat. Ex: Industrialisasi membawa pengaruh pada hubungan kerja, lembaga kemasyarakatan, system pemilikan tanah, pelapisan social, hubungan kekerabatan, dll.



3. Perubahan yang dikehendaki/direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan

Perubahan yang dikehendaki/direncanakan= pembangunan adalah perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan adalah perubahan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Biasanya perubahan tidak dihendaki muncul sebagai dampak dari perubahan yang direncanakan.



Secara garis besar perubahan social menyangkut perubahan dalam:

1. kelompok social
2. stratifikasi social
3. lembaga-lembaga social
4. interaksi social



Faktor Pendorong Perubahan Sosial

1. Menurut Alvin Betrand: awal dari proses perubahan social adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman.
2. Menurut David Mc Clelland: dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi ( need for achievement) yang melanda masyarakat
3. Prof. Soerjono Soekanto: Perubahan social disebabkan oleh factor intern dalam masyarakat itu dan factor ekstern.

Faktor Intern antara lain:

1) Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)

2) Adanya Penemuan Baru:

- Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada

- Invention : penyempurnaan penemuan baru

- Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.

Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat

3) Konflik yang terjadii dalam masyarakat

4) Pemberontakan atau revolusi





Faktor ekstern antara lain:

1) perubahan alam

2) peperangan

3) pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)



Jadi menurut Soerjono Soekanto factor pendorong perubahan social adalah:

1) sikap menghargai hasil karya orang lain

2) keinginan untuk maju

3) system pendidikan yang maju

4) toleransi terhadap perubahan

5) system pelapisan yang terbuka

6) penduduk yang heterogen

7) ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

8) orientasi ke masa depan

9) sikap mudah menerima hal baru.



Ciri perubahan social adalah :

1) setiap masyarakat pasti mengalami perubahan, baik lambat maupun cepat

2) perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga social lainnya

3) perubahan social yang cepat biasanya menimbulkan disintegrasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri.



Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya

a) kurangnya hubungan terhadap masyarakat lain

ex; suku-suku bangsa yang masih di pedalaman

b) pendidikan yang terbelakang

c) masyarakat yang bersikap tradisional ; mempertahankan tradisi, penguasa yang konservatif

d) adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat sekali pada sekelompok orang (Vested Interest)

Ex: kelompok yang sudah mapan biasanya tidak menghendaki terjadi perubahan karena takut posisinya terancam, takut hidup susah

e) ketakutan akan terjadi disintegrasi

f) prasangka buruk terhadap unsure budaya asing

g) hambatan ideologis, Ex : adanya anggapan bahwa suatu perubahan bertentangan dengan suatu ajaran agama tertentu dll



Macam-macam Proses Perubahan Sosial Budaya:

a) Akulturasi

b) Asimilasi

c) Difusi

d) Discovery

e) Invention

f) Inovasi

g) Modernisasi: adalah proses perubahan tradisi, sikap, dan system nilai dalam rangka menyesuaikan diri dengan kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain, sehingga suatu bangsa dapat bertahan secara wajar di tengah-tengah tekanan berbagai masalah hidup di dunia dewasa ini

h) Globalisasi: adalah suatu system atau tatanan yang menyebabkan seseorang atau Negara tidak mungkin untuk mengisolasikan diri sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan komunikasi dunia. Atau suatu kondisi dimana tidak ada lagi batas-batas antara satu Negara dengan Negara lain dalam hal teknologi komunikasi.









Dampak perubahan social budaya :

· Dampak Negatif Modernisasi

a. sikap materialistic : orang lebih mengejar kekayaan materi dibanding dengan kualitas diri

b. sikap individualistic: memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri dibanding menolong orang lain

c. sikap konsumerisme: sikap hidup yang boros / konsumtif

d. kesenjangan social ekonomi : timbulnya pelapisan social yang kuat ant yang kaya dengan yang miskin

e. pencemaran / kerusakan lingkungan alam

f. kriminalitas

g. kenakalan remaja

· Dampak Negatif Globalisasi

a. Unsur-unsur budaya asing yang masuk Indonesia terutama teknologi komunikasi berakibat pada munculnya perilaku kekerasan di masyarakat, semakin berkembangnya gaya hidup free sex, semakin maraknya pornoaksi.

Dampak positif Globalisasi

a. cepat masuknya budaya asing yang memperkaya budaya Indonesia

b. Perubahan pola pikir tradisional menjadi pola piker rasional, sistematis, analitis, logis

c. Munculnya sikap lebih menghargai waktu, mau bekerja keras

d. Munculnya pola pembagian kerja antara pria dan perempuan berdasarkan kemampuan, semakin menipis perilaku diskriminasi terhadap perempuan

e. Berkembangnya ilmu pengetahuan

f. Berkembangnya cara berpikir kritis,



Tantangan baru bangsa Indonesia akibat globalisasi yang dapat mengancam eksistensi jati diri Bangsa Indonesia:

1. Guncangan budaya (cultural shock)

Ketidaksesuaian unsure-unsur yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan social yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Budaya yang masuk ke suatu masyarakat tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat, kondisi seperti inipun juga dapat menimbulkan keguncangan budaya.

2. Ketertinggalan budaya (cultural lag)

Perumbuhan atau perubahan unsure kebudayaan yang mengalami perubahan tidak sama cepatnya misalnya perubahan pada budaya material akan lebih cepat berubah dibanding budaya immaterial. Ketidak seimbangan perubahan antara budaya material dan immaterial itulah yang disebut dengan ketertinggalan budaya



Antisipasi memudarnya jati diri bangsa karena globalisasi

a) mamperkuat ideology dan nasionalisme melalui berbagai kegiatan misalnya;upacara bendera,

b) pengimbangan kemajuan ilmu pengetahuan dengan iman

c) mencegah meluasnya narkoba, pornoaksi melalui teknologi, miras dll

d) mencintai produk dalam negeri

e) meningkatkan persatuan dan kesatuan

f) menjaga kelestarian lingkungan hidup

g) orangtua semakin aktif dalam mendidik anak

h) selektif terhadap budaya aasing yang masuk
menjaga kelangsungan nilai dan norma masyarakat
Prev: Ringkasan Antropologi kelas XII
Next: SOAL LATIHAN UJIAN ANTROPOLOGI

latar belakang budaya asing

MEMPERTANYAKAN IDENTITAS BANGSA KITA HARI INI?

AMIIDENTITAS dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut.

Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar kita yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Dan, respons tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini.

Identitias bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Perjalanan sejarah bangsa ini, ketika memasuki era reformasi justru dipenuhi khaos, tambal sulam, bahkan tanpa persiapan yang mamadai untuk menciptakan suatu strategi kebudayaan. Maka ketika arus informasi dibuka dengan lebar, sejalan itu pula televisi telah membentuk kebudayaan massa yang serba cepat.

Identitas, Integrasi dan Kesadaran Nasional

Pembentukan identitas dan karkater bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Dalam berbagai wacana, pembicaraan tentang pembangunan dan pengembangan kebudayaan nasional sering mengemuka. Namun strategi kebudayaan nasional untuk menjawab wacana tersebut belum banyak dikemukakan dan dirancang selama lebih dari setengah abad usia negara ini.

Padahal, gagasan kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut kesadaran dan identitas sebagai satu bangsa sudah dirancang saat bangsa kita belum merdeka. Hampir dua dekade sesudah Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia telah menanamkan kesadaran tentang identitas Indonesia dalam Manifesto Politiknya (1925), yang dikemukakan dalam tiga hakikat, yaitu: (1) kedaulatan rakyat, (2) kemandirian, dan (3) persatuan Indonesia. Gagasan ini kemudian segera direspons dengan semangat tinggi oleh Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Berdasarkan kenyataan tersebut sebenarnya ada dua hal pokok yang perlu menjadi titik tolak utama dalam “membentuk” kebudayaan nasional, yaitu identitas nasional dan kesadaran nasional. Di masa awal Indonesia merdeka misalnya, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Sementara kesadaran nasional dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya dijadikan dasar dari keyakinan akan perlunya memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya untuk melepaskan bangsa ini dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.

Mempertanyakan identitas kita, pada dasarnya juga harus dilihat dari tingkat kepentingan serta kapasitas setiap warga negara mengintegrasikan diri dalam suatu komunitas. Artinya, setiap individu dalam suatu komunitas bisa berperan dalam sejumlah identitas berdasarkan tujuan dan kepentingan masing-masing. Konsep identitas telah bergeser menjadi representasi identitas yang tidak lagi merujuk pada suatu ciri suatu kelompok masyarakat. Identitas lebih sebagai wahana terjadinya kontestasi, karena identitas adalah sesuatu yang lentur, dinamis, dan beragam.

Identitas lebih berupa suatu proses negosiasi atas dasar berbagai tujuan dan kepentingan. Identitas akan lebih ditentukan oleh politik kebudayaan. Isu yang berkembang terhadap konsep kebudayaan pun akan mengalami perubahan, seiring dengan perubahan masyarakat dari bersifat plural ke arah multikultural. Maka, muncullah perbedaan antara konsep kebudayaan masyarakat plural dengan masyarakat multikultural dalam hubungannya dengan identitas. Konsep kebudayaan masyarakat plural lebih menekankan adanya sejumlah identitas yang satu dengan lainnya saling berbeda. Sedangkan masyarakat multikultural menganggap bahwa sejumlah perbedaan yang ada dalam satu masyarakat plural dan hiterogen tersebut merupakan bagian dari identitasnya. Dengan kata lain, konsep multikultural mengakui adanya perbedaan-perbedaan dalam identitas yang juga berbeda (intra cultural defferentiations).

Sementara itu, pengertian integrasi – yang lebih berupa suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing – justru berfungsi secara ganda. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup, bahkan orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk karakter atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan pembentukan integrasi yang lebih luas.

Bertolak dari sejumlah contoh tersebut, maka pada dasarnya integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu dan kepentingan bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kaum buruh membentuk jaringan mereka sendiri untuk membela kepentingan bersama untuk menghadapi kaum majikan dan pemilik modal. Atau para nelayan dan petani akan mengorganisasikan diri secara lintas-etnis dan lintas-daerah dalam suatu blok untuk menghadapi tuntutan dan kepentingan ekonomi. Dengan demikian terbuka peluang terbentuknya suatu interaksi baru yang berlainan dengan pergaulan dalam kelompok etnis, dan memberi kemungkinan terciptanya suatu integrasi yang lebih luas.

Contoh lain, dengan munculnya konsep otonomi daerah. Setiap provinsi dan kabupaten berusaha mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi, karena integrasi ini kemudian lebih banyak didasarkan pada faktor-faktor etnis, faktor daerah, dan faktor budaya, dan tidak begitu ditentukan lagi oleh visi bersama tentang perkembangan politik dan ekonomi pada tingkat nasional dan internasional. Otonomi daerah juga berimbas pula pada demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri.

Sikap tersebut bukan tanpa sebab, sentralisme politik di Orde Baru untuk waktu yang cukup lama telah menjadikan birokrasi semata-mata sebagai alat pemerintah pusat dan bukan aparat yang menjadi pengatur hubungan di antara masyarakat dan negara. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tetapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah. Daerah seakan-akan menjadi sapi perahan untuk pusat dan birokrasi daerah menjadi tukang susu bukan untuk daerah tetapi untuk pusat. Lalu pada era reformasi, kondisi tersebut seolah ingin segerta dibalik. Dengan otonomi daerah seakan-akan birokrasi pemerintahan hanyalah melayani kepentingan daerah saja, bahkan tidak lagi menjadi perantara kepentingan masyarakat dan kepentingan negara, atau mesin penghubung kepentingan daerah dan kepentingan nasional. Kalau penyempitan fungsi birokrasi ini terjadi maka bukan saja politik nasional menghadapi resiko politik yang didasarkan pada identitas, tetapi juga birokrasi.

Merespons Globalisasi dan Strategi Kebudayaan Nasional

Kita menyadari bahwa ciri pluralistik telah menandai kebudayaan Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan suku bangsa bersama-sama dengan pedoman berbangsa dan bernegara, mewarnai perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi dan saling mengisi, tidak berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan (fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari. Dalam konteks itu pula maka ratusan suku-suku bangsa yang terdapat di Indonesia itu perlu dilihat sebagai aset negara berkat pemahaman akan lingkungan alamnya, tradisinya, serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya, yang keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi munculnya potensi-potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.

Akan tetapi, pengalaman Orde Baru, kehidupan kebudayaan yang lebih mengedepankan konsep ke”eka”an, dibanding “kebhinekaan” justru telah melahirkan primodialisme, eklusivitas, bahkan dominasi etnik tertentu. Konsep ke “eka” sebagai ekspresi kebudayaan nasional justru terasakan lebih memberhalakan kebudayaan Jawa dan mengerdilkan kebudayaan lokal.

Ketika keperkasaan Orde Baru tumbang, muncullah semangat multikulutral – yang konon lebih memberi pengakuan dan perlindungan terhadap keberagaman kebudayaan. Konsep mulitkulutral, merupakan konsep yang mengakui dan melindungi keragaman budaya serta menyetarakan derajat dari kebudayaan yang berbeda-beda. Semangat mulitkultural yang berusaha untuk mengakui dan melindungi keragaman budaya pada dasarnya telah memberi kekebasan pada setiap budaya untuk bertahan dan berkembang. Semua kebudayaan yang ada harus diberi kebebasan yang sama. Tidak boleh dilakukan pemasungan atau pencekalan, karena hal tersebut bakal melanggar prinsip multikultural.

Akan tetapi semangat multikultural yang membabi-buta kadang justru mengarah pada primodialisme, eklusivitas, dan bahkan membawa pada dominasi kelompok etnik. Sebagai contoh, munculnya semangat “mandarinisasi” sebagai ekspresi kebudayaan kelompok etnik Tionghoa di Indonesia. Sejak Gus Dur mulai memberikan tempat kepada etnis Tionghoa. beberapa keturunan Cina mulai merasa mempunyai harapan untuk memperoleh satu tempat di negeri ini. Paling tidak, mereka boleh merayakan Imlek, membuat realestate ala Pecinan, dan bahkan dengan dukungan ekonomi yang kuat mereka seolah berkompetisi untuk mengekpsresikan kebudayaan yang dianggapnya telah lama diberanggus.

Semangat multikultural bisa terjebak sebagai euforia reformasi, yang bisa jadi menciptakan dominasi suatu kelompok masyarakat. Jika pada masa Orde Baru terjadi dominasi kebudayaan Jawa terhadap etnik lain, maka kini – dengan semangat multikultural—justru lebih memberi peluang menciptakan dominasi masyarakat ekonomi kuat terhadap kelompok masyarakat ekonomi lemah, misalnya.

Perkembangan sosial saat ini – yang lazim termasuk dalam era global – pada dasarnya telah melampaui pemikiran modernitas (yang ditandai dengan munculnya industri barang dan jasa) menuju pemikiran pascamodernitas yang cenderung lebih diorganisasikan oleh seputar konsumsi budaya, permainan media massa, dan perkembangan teknologi informasi. Pascamodernitas ini mempunyai pengaruh yang kuat dalam menandai dinamika sosial dan ekonomi masyarakatnya, terutama dalam mengkonsumsi simbol-simbol dan gaya hidup daripada fungsi produksi barang yang menjadi ciri khas era industri.

Ratusan tahun negara dan bangsa ini terkungkung dalam arus kolonialisme, puluhan tahun Indonesia berada dalam genggaman otoritarian. Lalu kini, Indonesia menjadi menjadi salah satu satelit yang sekaligus korban proses hegemoni ideologi dari kapitalisme global. Sedemikian besar dan sistematisnya proses tersebut sehingga sepanjang jalinan hubungan dengan kekuatan kapitalisme global tidak terputuskan. Sepanjang Indonesia menjadi satelit tanpa daya.

Kebudayaan yang pada awalnya disikapi sebagai penggambaran keseluruhan atau totalitas cara hidup, kegiatan, keyakinan-keyakinan, adat istiadat dari sebuah komunitas atau masyarakat, kini menjadi sulit untuk didefinisikan. Demikian juga, pengertian kebudayaan nasional Indonesia yang disikapi sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah – seperti yang difatwakan pada era Orde Baru — kini sungguh sulit untuk diimplementasikannya. Pendek kata, negara dan bangsa Indonesia hari ini, secara kultural tidak bisa lepas dari fragmentasi global yang kekuatannya nyaris tak terelakkan.

Di sisi lain dengan adanya dominasi tersebut justru memberi kontribusi memudarnya identitas yang selama ini dijadikan karakteristik sejumlah suku bangsa negeri Nusantara ini. Atau dengan kata lain, fragmentasi global yang kekuataannya tak terelakkan tersebut di satu sisi justru memberi kontribusi memudarnya identitas yang selama ini dijadikan karakteristik sejumlah suku bangsa negeri Nusantara ini. Kendati demikian harus diakui bahwa globalisasi bisa memberi dampak positif. Misalnya, masuknya budaya asing yang memperkaya kebudayaan Indonesia, perubahan pola pikir tradisional menjadi pola pikir rasional, sistematis, dan analitis. Selain itu, globalisasi justru akan menambah berkembangnya ilmu pengetahuan dan cara berpikir kritis.

Tantangan bagi bangsa Indonesia akibat globalisasi memang mengancam eksistensi jati diri bangsa Indonesia. Sebut saja terjadinya guncangan budaya (cultural shock). Untuk itulah, sebuah strategi kebudayaan nasional membutuhkan suatu diskusi panjang yang diharapkan mampu memberi kontribusi berharga bagi pudarnya identitas yang terpecah terhadap negara dan bangsa.

Lalu, bagaimana menyikapi kita menyikapi arus globalisasi seperti sekarang ini, mari kita diskusikan. Dari sinilah kita mulai.

23 Januari 2010

DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING

KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

ASSALAMUALAIKUM WR. WB

pertama kali dibuka lembaran ini dengan do'a permohonan pada Allah ya tuhan kami, pada-Mulah kami kembali
puji syukur terpanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin-Nya kami dapat menyusun makalah ini.
Didalam makalah ini berisi mengenai dampak masuknya budaya asing di Indonesia dan sekilas mengenai kebudayaan. semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan agar kita tahu bahwa budaya kita harus lestarikan karena kebudayaan suatu negara adalah identitas dari suatu bangsa.
terima kasih atas semua pihakyang telah membantu atas disusunnya makalah ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan kepada kita berupa kebaikan dan kepada-Nyalah kita bertawakal dan kembali.amin

WASSALAMU ALAIKUM WR. WB


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Sedikit ulasan mengapa kami menulis makalah ini
2. Untuk siapa makalah ini kami tulis
3. Bahasan dalam makalah ini
BAB II SEKILAS TENTANG KEBUDAYAAN
1. Pengertian kebudayaan
2. budaya asing
3. budaya lokal
4. budaya nasional
BAB III DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING
1. masuknya budaya asing di Indonesia
2. dampak positif
3. dampak negatip
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN
POKOK BAHASAN
1. SEDIKIT ULASAN MENGAPA KAMI MENULIS MAKALAH INI
2. UNTUK SIAPA KAMI MRNULIS MAKALAH INI
3 BAHASAN DALAM MAKALAH INI

PENDAHULUAN
perkembangan budaya di indonesia menjadi permasalahan yang berat bagi bangsa kita karena lambat laun budaya kita mulai di akui oleh bangsa lain penyebabnya karena kita tidak peduli dengan budaya kita sendiri dan berdampak sistematik

1. SEDIKIT ULASAN MENGaPA KAMI MENULIS MAKALAH INI
makalah ini kami susun berdasarkan survey kami dibeberapa media online mengenai kebudayaan yang ada di indonesia serta masuknya budaya asing akibat asimilasi dan akulturasi yang berkembang di negara kita saat ini
makalah ini tidak menjelaskan secara detail satu persatu. tetapi masuknya budaya asing mengakibatkan satu dampak positif dan negatif dan di makalah ini kami akan mengulas sekilas pengertian kebudayaan serta dampak yang terjadi.

2. UNTUK SIAPA MAKALAH INI KAMI TULIS
makalah kami ditujukan bagi semua yang prihatin akan terkikisnya budaya lokal dan budaya nasional akibat masuknya budaya asing di negara kita.
jadi secara umum makalah ini disusun untuk kita yang sedang dan akan mempelajari kebudayaan nasional.

3. BAHASAN DALAM MAKALAH INI
makalah ini membahas dan mendiskusikan beberapa hal mengenai dampak masuknya budaya asing. seperti yang kita ketahui bahwa kebudayaan berasal dari kata buddayah(sansakerta) buddi dan dayah buddi artinya budi, akal, pikiran sedangkan dayya adalah usaha dalam bahasa inggris disebut culture dalam bahasa latin colere artinya mengolah atau bercocok tanam

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.



daftar pustaka
IRIANTO MALADI AGUS DR. M.A
ANTRO STERO.COM
WIKIPEDIA.COM
myrusdiyanti.blogspot.com
Rizkarahmania.blogspot.com

20 Januari 2010

HALAL CINTA TUHAN


WAHAI MALAIKAT...!
TOLONGLAH AKU DISINI
TERPERANGKAP DALAM JURANG ILUSI

WAHAI PERI CINTA...!
HAPUSLAH RASA YANG KUMILIKI
TERANIAYAKU DALAM JIWA YANG SEPI

KUSAMBUT HALAL CINTA YANG KUASA
TAPI AKU LUPA,
KUSAMBUT PULA CINTA YANG DI HARAMKAN-NYA

11 Januari 2010

FOR YOU

JUST ONLY YOU IN MYHEART
IN MYDREAM
IN MYMIND

AND YOU DONT KNOW
WHAT I FEEL!

YOU CAN DO IT THREAT ME
BROKEN ME
LEAVE ME

I DONT KNOW WHAT TO DO
I DONT KNOW WHAT HAPPEN

YOU ARE MY QUEEN IN MINISTRY
MYLORD PLEASE HELP ME AWAE

darimu

kau s'lalu bilang aku gila
ya itu yang s'lalu ku suka
karna kegilaanku kau bahagia
a.......ku tau rasanya
melihatmu tersenyum begitu ku rasa
ku rasa begitu engkau ada
yang ku bayangkan s'lalu bersama
bersamaku saat suka dan duka
aku suka saat kau bilang aku gila
y....

ku tersenyum padamu
kau tersenyum padaku
tidakkah kau rasa
apa yang kau rasa
seluruh sukma jiwa
ku jatuh cinta
kau lak satu jawabnya
engkaulah jiwaku
yang membuatku jadi gila

BILA


bila aku ingin menggapai citaku
tak kusangka kuterjatuh terjatuh lebih dalam dan tak kembali kukan mati bila saat ingin mencapai kembali yang ku inginkan ingin kuraih dan berharap bila nanti cita dan asa kuraih jika aku tak bermimpi lagi kutakkan pernah kembali seperti dulu... semua anganku...! dan kutetap sampai nanti sakit dan luka kupilih jika aku takkan kembali ku takkan pernah kembali seperti dulu... semua anganku...! akan kubuang jauh bila sudah dapat kuraih citaku dan pernah kulihat semua indahku kudapat lebih

Rasa yang Tak Biasa


tak satupun aku biarkan orang lain membuatmu menangis
tak sedetikpun waktu kulewatkan tanpamu
engkaulah nafas jiwaku
satu rahasia jauh didalam hatiku
ku selimuti dengan pahitnya kisahku
agar kau tak tahu dalamnya cintaku

mungkin hanya satu hal yang kau tahu
dalam hatimu kau selalu bertanya
dalam hatimu!
mengapa kau selalu ada untukku
seharusnya kau tak usah tanyakan itu
kau tanyakan lagi tanya itu
dalam hatimu!
dalam hatimu!
seharusnya kau pun tahu bahwa aku sudah pernah memberi tanda ku cinta engkau
ku tak pernah merasa
rasa yang tak biasa
kau begitu indah
begitu berwarna
rasa yang tak biasa itu ingin ku ungkapkan
rasa yang tak biasa itu tak pernah aku rasakan
Free Blooming Red Rose Cursors at www.totallyfreecursors.com